Wednesday 26 February 2014

Cara Cepat DAN Mudah Mendapatkan Banyak Uang dan Halal

Cara Mudah Mendapatkan Banyak Uang dan Halal

HL
1298090257197942257
Ilustrasi/Admin (shutterstock)
Untuk dapat memenuhi segala kebutuhannya, manusia tentu akan menggunakan pikirannya. Manusia akan berusaha mencari strategi untuk memenuhi kebutuhannya itu. Mencoba satu strategi dan mencari strategi lain, begitulah kiat-kiatnya. Sehubungan dengan itu, aku mempunyai kisah tersendiri tentang cara mendapatkan uang yang halal (dan syukur banyak). Cara ini termasuk halal dan sangat dianjurkan oleh semua agama. Bahkan, cara itu tergolong mudah. Mudah sekali. Tidak memerlukan banyak modal. Yang diperlukan hanya ketekunan. Dapat dilakukan di mana saja. Satu cara itu adalah menulis.
Benar dan sebenar-benarnya bahwa menulis itu akan mendatangkan uang secara berlimpah. Banyak orang masih mencibir seraya meremehkan derajat ekonomi penulis. Mereka masih beranggapan bahwa cara mendapatkan banyak uang tentu dengan kegiatan yang berelevansi dengan ekonomi alias berdagang.
Memang benar bahwa berdagang itu sudah dituntunkan oleh nenek moyang dan agama kita. Namun, seiring dengan kemajuan peradaban manusia, ternyata kegiatan berdagang sering pula mendatangkan kerugian bagi pedagang. Setidaknya bagi pembeli. Banyak pedagang bangkrut alias gulung tikar. Banyak pula pembeli tertipu oleh kualitas barang beliannya.
Nah, kegiatan menulis tidak berbentuk seperti itu. Tulisan itu akan dihargai begitu besar oleh orang lain, baik oleh pengelola media maupun pembaca. oleh pengelola media (media dan penerbitan), penulis akan dihargai setiap hurufnya. Semua hasil pekerjaan tidak tersia-sia. Semua hasil pekerjaan akan dihargai. Oleh pembaca, penulis akan dikenangnya. Pembaca akan selalu menghargai dan menghormati penulis dalam daftar pustaka di akhir tulisannya. Jadi, mengapa kita tidak berpikir untuk mengubah masa depan dengan menjadi penulis?
Sebagai gambaran pendapatan dan jenis pekerjaannya, kegiatan menulis itu teramat menguntungkan, baik bagi penulis, penerbit, maupun pembaca. Bagi penulis, tentu hasil tulisannya akan dihargai sekian rupiah. Bahkan, jumlah rupiah sering di luar akal sehat jika dibandingkan dengan wujud (bukunya). 12980694771277911527
Bagi penerbit, penulis telah berpartisipasi dengan program pemerintah tentang upaya mengatasi pengangguran. Mungkin belum terpikir bahwa penerbit itu melibatkan banyak komponen di bawahnya. Sejak proses penyuntingan, lay out dan setting, pencetakan, pendistribusian, dan penjualan. Nah, silakan dihitung jumlah tenaga kerja yang terlibat. Ribuan orang! Maka, dapat dibayangkan kondisi bangsa ini jika penerbit itu mem-PHK karyawannya. Pasti akan memunculkan dampak social yang teramat mengerikan. Jangan pernah meremehkan orang pintar tetapi jadi  pengangguran. Seorang pengangguran intelektual itu lebih berbahaya daripada sejuta kerbau dungu.
Bagi pembaca, tentu dirinya akan membutuhkan buku-buku berkualitas untuk mendukung profesinya. Jika masih menjadi siswa/ mahasiswa, buku adalah menu wajib agar menjadi pintar. Jika sudah bekerja, buku akan mendukung kariernya. Jika menjadi ibu rumah tangga, buku akan member pengetahuan tentang teknik mendidik anak dalam keluarga. Intinya: apapun profesinya, buku pasti menjadi pendukung utamanya.
Berkenaan dengan itu, aku merumuskan lima jenis profesi sebagai penulis yang dapat dijadikan sumber passive income yang cukup menarik di luar profesi wartawan. Ketiga jenis itu adalah menjadi kolumnis, menjadi resensator, dan menjadi penulis buku.
Menjadi Kolumnis
Istilah kolumnis digunakan untuk menyebut orang yang gemar menulis di media cetak. Dengan kemahirannya mengolah kata untuk menjadi inspirasi, kolumnis akan dihargai oleh pengelola media. Sebagai contoh, sebuah artikel opini/ gagasan, tulisan itu akan dihargai berkisar Rp 250.000 – Rp 1 juta. Jika setiap hari dapat menulis setidaknya satu artikel, tentu itu akan menjadi pendapatan plus. Terlebih, pengiriman naskah tidak lagi menggunakan cetakan. Namun, naskah itu cukup dikirim via email. Jadi, begitu mudah dan murah. Namun, nilai penghargaannya sama.
Menjadi Resensator
Resensator adalah orang yang suka member pertimbangan terhadap kelayakan produk, khususnya buku. Jadi, resensator bertugas untuk member gambaran tentang isi buku yang akan dikonsumsi calon pembaca. Tentu saja resensi itu teramat berguna bagi pembaca. Ia dapat menentukan kelanjutan niatannya: tetap membeli atau mencari buku lain.
Pada umumnya, resensator akan menimbang sebuah buku dari beragam sudut pandang: isi, keterbacaan, aktualitas, dan kebermanfaatan. Oleh karena itu, resensator yang baik pasti mempunyai kepekaan rasa dan pikiran. Dengan intuisinya itu, resensator akan menelaah segala hal tentang buku. Meskipun demikian, resensi itu lebih menitikberatkan pada aspek kelebihan daripada kekurangan. Bagaimana bias? Karena resensator tetap menghargai segala jenis buku. Jangan mudah mencela produk orang lain jika Anda belum dapat membuat sesuatu yang lebih baik. Slogan ini selalu digunakan resensator untuk menimbang buku-bukunya.
Atas jasanya, resensator akan dihargai oleh pengelola media. Tulisannya akan dihargai dengan nominal rupiah. Lumayan, nilainya berkisar Rp 150.000 – Rp 500.000. Jika bernasib baik, penerbit akan member tambahan bonus yang jumlahnya sering melebihi honor dari media. Bahkan, penerbit juga akan member buku-buku baru.
Menjadi Penulis Buku
Kita masih kekurangan penulis buku. Tingkat baca masyarakat Indonesia (katanya) terendah se-Asia. Ngeri, ya. Kita sering menyombongkan diri. Ternyata, kita jarang membaca buku. Membaca komik, koran, dan SMS sudah menjadi menu wajib. Membaca buku berkualitas? Tunggu dulu.
Rendahnya minat baca itu juga disebabkan minimnya penulis buku berkualitas. Penulis Indonesia masih terlalu dihinggapi penyakit malas. Lihatlah perguruan tinggi. Bertumpuk hasil penelitian hanya menjadi barang rongsokan di gudang. Berderet laporan hasil penelitian dipajang dalam sebuah lemari kaca. Teramat disayangkan, kuncinya lemarinya hilang. Lalu, kapan hasil laporan itu akan bermanfaat?
Jarang dan teramat jarang hasil penelitian itu dibukukan. Sekiranya hasil kegiatan intelektual yang berbiaya mahal itu dibukukan, tentu buku itu akan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.
Menjadi penulis buku dapat dimulai dari kegemaran membaca buku. Dari buku itu, kita akan menemukan kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya menjadi nilai tambah untuk pikiran pembaca. Kekurangannya pun akan menjadi nilai tambah pula. Bagaimana bias?
Kekurangan buku tersebut justru akan menghasilkan ide kreatif untuk menyusun buku baru. Jadi, buku baru itu merupakan hasil penyempurnaan buku-buku yang telah ada. Bagi penulis buku, ide itu dapat berasal dari semua peristiwa di sekitarnya.
Ketika sudah menjadi penulis buku, uang tidak lagi menjadi masalah. Penulis buku cukup duduk manis di rumah. Sesekali penulis menelepon bank-nya. Sudahkah royalti buku baru masuk ke rekeningnya. Tidak perlu susah-susah. Jika ingin membantu penjualannya, penulis buku dapat memamerkan bukunya dengan beragam cara.
Dengan ketiga cara itu, kita akan mendapatkan banyak uang yang halal. Janganlah kita memberi makanan kepada keluarga dari uang hasil tindakan tak terpuji (baca: korupsi). Kasihan anak-istri kita. Mereka tidak mengetahui asal-usul uangnya. Sementara, mereka akan menanggung risiko dari uang haram itu. Sungguh teramat disayangkan jika kita tidak mempedulikan kondisi itu.
Demikian tulisan ini tersusun. Semoga bermanfaat. Amin. Terima kasih telah berkunjung selengkapnya di :http://cancummeng.blogs.com